BREAKING NEWS

Situs Batu Bedil

PENYUKA sejarah, jangan lewatkan melihat situs kepurbakalaan yang satu ini. Situs Batu Bedil namanya. Situs Batu Bedil berlokasi di Desa Batu Bedil, Kecamatan Pulau Panggung, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, dan berada di dataran tinggi sekitar 370 meter. Dataran ini rangkaian paling ujung selatan dari Bukit Barisan yang membentang di atas patahan Way Semangka. Di sebelah selatan situs mengalir Sungai Ilahan, anak Sungai Sekampung. Sedangkan, di sebelah utara situs mengalir sungai kecil yang disebut Sungai Anak. Diantara situs dan kedua sungai tersebut terdapat lereng curam dengan kemiringan 45°–60°. Situs Batu Bedil terletak tepi jalan yang menghubungkan Desa Talang Padang dan Desa Air Bakoman. Sekitar situs umumnya kebun penduduk yang ditanami kopi.
Situs Batu Bedil merupakan kompleks, terdiri dari sejumlah menhir dan satu prasasti. Kompleks Batu Bedil menempati lahan seluas sekitar 100 x 500 meter. Meskipun demikian sebagian besar lahan tersebut masih merupakan milik penduduk. Sekarang di lokasi ini telah dibuat taman oleh Pemerintah Daerah Lampung di dua tempat, yaitu disebut Kompleks Batu Bedil I atau kompleks megalitik dan prasasti serta Kompleks Batu Bedil II. Kompleks Batu Bedil I berada di sebelah barat dan Kompleks Batu Bedil II berada di sebelah timur. Kedua lokasi kompleks berjarak sekitar 100 meter.
Antara isi Prasasti Batu Bedil dengan tinggalan arkeologis yang lain terlihat ada kesesuaian, terutama menyangkut aspek religi. Menhir, Batu Gajah dan Batu Kerbau menunjukkan tinggalan yang ada kaitannya dengan kepercayaan tradisi megalitik. Menhir, batu tegak yang sudah dikerjakan atau belum, diletakkan dengan sengaja di suatu tempat untuk memperingati arwah nenek moyang dan pengharapan kesejahteraan bagi yang masih hidup. Menhir dapat berdiri tunggal maupun berkelompok membentuk formasi tertentu.
Menhir yang ditemukan di daerah Pulau Panggung membentuk formasi segi empat. Susunan menhir dengan formasi segi empat juga ditemukan di daerah lain, misalnya di Pugung Raharjo. Menhir seringkali juga ditemukan bersama-sama dengan bangunan megalitik lainnya, seperti bangunan berundak, dolmen, lesung batu dan arca-arca megalitik.
Arca megalitik yang terdapat di Pulau Panggung berbentuk gajah dan kerbau. Arca-arca megalitik yang menggambarkan binatang juga ditemukan di daerah lain, misalnya di Palembang dan di Dataran Tinggi Pasemah. Penggambaran gajah dan kerbau menunjukkan adanya hubungan antara manusia dengan binatang tersebut. Pembuatan arca binatang pengharapan agar hubungan dapat berlangsung dengan baik. Dengan demikian, dapat menjamin kehidupan manusia menjadi lebih tenang dan tenteram. Selain itu, gajah dan kerbau dapat juga diartikan sebagai lambang kendaraan bagi arwah.
Kompleks Batu Bedil I atau kompleks megalitik dan prasasti berada pada lahan seluas 100 x 50 meter. Kompleks ini berada di lahan datar yang lebih tinggi dari daerah sekitarnya. Oleh Pemerintah Daerah Lampung, di lahan ini telah dibuat taman yang dilengkapi dengan jalan setapak, tempat beristirahat dan rumah informasi. Kompleks Batu Bedil I atau kompleks megalitik dan prasasti juga telah di pagar kawat. Pemagaran pertama dilakukan P3SPL (Proyek Pelaksana Peninggalan Sejarah dan Purbakala Provinsi Lampung) tahun 1991. Pintu masuk lahan berada di sebelah selatan. Di lahan ini, selain terdapat prasasti juga terdapat sekelompok menhir membentuk formasi segi empat. Di samping itu, di lokasi ini pun terdapat sebaran batu-batu besar.
Lokasi prasasti berada di titik koordinat 05°18,637’ LS dan 104°42,041’ BT (pembacaan dengan GPS Garmin V). Prasasti dituliskan di sebongkah batu berukuran panjang 185 centimeter, lebar 72 centimeter dan tebal 55 centimeter. Tulisan prasasti digoreskan di bagian batu menghadap ke utara. Prasasti terdiri 10 baris dengan tinggi huruf sekitar 5 centimeter. Tulisannya berada dalam satu bingkai. Di bagian bawah bingkai terdapat goresan membentuk padma atau bunga teratai. Kondisi huruf sudah aus sehingga banyak huruf sudah tidak terbaca lagi.
Di sebelah barat prasasti terdapat 14 menhir membentuk formasi segi empat. Menhir-menhir berasal dari batu alam yang tidak menunjukkan tanda-tanda pengerjaan manusia. Selain menhir, di lahan ini terdapat sejumlah batu besar. Dilihat dari bentuknya, batu-batu kemungkinan sebagai menhir maupun dolmen. Berdasarkan pengamatan terhadap permukaan tanah, didapatkan adanya temuan artefaktual, berupa pecahan keramik dan tembikar.
Sebaran batu yang terdapat di daerah Batu Bedil juga dapat ditemukan di beberapa lokasi di luar lahan berpagar. Di sebelah barat pagar kompleks prasasti, berjarak sekitar 50 meter terdapat batu lumpang. Masyarakat setempat menamakannya Batu Lesung. Di dekat Batu Lesung terdapat 3 batu datar. Di sebelah selatan pagar sekitar 50 meter terdapat sebaran batu alam mengelompok. Sebaran batunya berada di kebun kopi milik penduduk.
Sementara, Kompleks Batu Bedil II berada di sebelah timur Kompleks Batu Bedil I berjarak sekitar 100 meter. Kompleks Batu Bedil II menempati lahan seluas sekitar 50 X 40 meter. Kompleks Batu Bedil II sekarang telah dibuat menjadi taman. Di lokasi ini dibuatkan tempat istirahat dan diberi pagar kawat oleh P3SPL tahun 1993. Bagian tengah lahan terdapat jalan setapak.
Tinggalan yang terdapat di Kompleks Batu Bedil II, antara lain batu bergores, meja batu (dolmen), batu lumpang dan sejumlah menhir. Batu bergores di lokasi ini berada di sudut barat daya lahan. Goresan berupa garis-garis sejajar terdapat pada kedua ujung batu. Di sebelah utara batu bergores berjarak sekitar 5 meter terdapat satu batu datar yang ujungnya patah. Di bagian bawah batu datar terdapat batu-batu kecil yang seolah-olah menyangga batu datar itu.
Selain batu bergores dan dolmen, di lahan ini juga terdapat dua lumpang batu. Kedua lumpang batu terletak saling berdekatan di bagian barat lahan situs. Kedua lumpang batu terbuat dari bahan batuan breksi. Disamping itu, di lokasi ini terdapat sebaran sejumlah batu tegak. Batu-batu tersebut terdiri dari batu alam yang tidak menunjukkan adanya pengerjaan manusia. Salah satu batu tegak berukuran tinggi 220 centimeter merupakan batu tertinggi. Batu tegak ini, masyarakat setempat menyebutnya Batu Bedil. Menurut tradisi lisan, batu tersebut dahulu sering terdengar adanya bunyi letusan.
Di sekitar lokasi, penduduk setempat pernah menemukan beliung persegi. Beliung persegi ditemukan dalam kondisi utuh, terbuat dari bahan kalsedon. Warna dasar beliung merah tua dengan bercak-bercak biru, putih dan coklat. Bagian tajaman beliung menunjukkan pemangkasan dengan cara monofacial. Bagian tajamannya tidak menunjukkan adanya bekas pemakaian (perimping). Menurut keterangan, beliung persegi ditemukan diantara Kompleks Batu Bedil I dan Batu Bedil II.
Selain Komplek Batu Bedil I dan II, juga terdapat Situs Gelombang. Lokasi situs berada di sebelah selatan Sungai Ilahan. Oleh masyarakat, lahan situs digunakan sebagai perkebunan kopi. Penamaan Situs Gelombang diberikan masyarakat karena keadaan tanahnya yang terlihat bergelombang atau tidak rata. Setelah dilakukan pengamatan, ternyata keadaan tanah bergelombang disebabkan adanya parit-parit yang digali di permukaan tanah.
Situs Gelombang, dulunya permukiman yang dibatasi fetur benteng tanah dan parit. Unsur religi yang terdapat di situs ini, berupa dua batu datar. Berdasarkan analisis temuan keramik, diketahui keramik yang ada berasal dari Cina, Thailand dan Vietnam. Secara kronologis, keramik-keramik menunjukkan berasal dari Dinasti Tang abad ke 7–10 Masehi, Sung-Yuan abad ke 10–14 Masehi, Thailand dan Vietnam abad ke 16 Masehi dan Dinasti Qing abad ke 17–20 Masehi. Jumlah keramik terbanyak yang ditemukan di situs ini berasal dari Cina masa Dinasti Sung-Yuan abad ke 10–14 Masehi.
Berdasarkan uraian itu dapat diketahui, masyarakat pendukung budaya di daerah Pulau Panggung berasal dari sekitar abad ke 10 Masehi. Kajian dari sisi paleografis pada prasasti juga menunjukkan dari sekitar abad ke 10 Masehi. Berarti, prasasti ini bisa jadi ada setelah Kerajaan Tulang Bawang dan berada di masa Kerajaan Sriwijaya.
Sementara itu, penanggalan Situs Gelombang berdasarkan analisis terhadap temuan keramik diketahui berawal dari sekitar abad ke 7 Masehi, sebelum atau setelah berdirinya Kerajaan Tulang Bawang dan mencapai puncaknya sekitar abad ke 10–14 Masehi. Selanjutnya, situs masih terus dipergunakan sampai awal abad ke 20 Masehi.
Parit 1, melintang dari timur ke barat. Parit 1 berukuran panjang 28,50 meter, lebar 4 meter dan kedalaman 0,5 meter. Parit 1 berada di sebelah selatan tebing berjarak 97 meter. Di sebelah selatan parit 1 terdapat parit 2. Jarak parit 1 dan parit 2 sekitar 110 meter. Parit 2 berukuran panjang 36,80 meter, lebar 6,50 meter dan kedalaman 1 meter. Diantara parit 1 dan parit 2 terdapat dua batu datar yang berjajar barat–timur. Berdasarkan pengamatan terhadap permukaan tanah, didapatkan sebaran artefak, berupa fragmen keramik dan tembikar. Selain itu, di lokasi ditemukan sejumlah batu berbentuk silindris. Batu-batu menyerupai gandik. Permukaan batu kasar, tidak menunjukkan bekas pemakaian.
Di lokasi ini, pernah ditemukan piring keramik oleh seorang penduduk yang tinggal di sekitar situs. Piring didapat dalam keadaan pecah sebagian. Ciri-ciri morfologis artefak; piring berkaki, warna bahan kekuningan, glasir tebal dan warna hijau seladon. Berdasarkan ciri-ciri keramik, secara kronologis berasal dari Cina masa Dinasti Sung abad ke 10–14 Masehi.
Sedangkan, Situs Batu Gajah terdapat di Desa Batu Bedil Hilir. Situs ini berada di tepi jalan yang menghubungkan Desa Talang Padang dengan Air Bakoman. Tepatnya, berada di koordinat 05°18,117’ LS dan 104°40,991’ BT (pembacaan dengan GPS Garmin V). Situs berada di tengah permukiman penduduk yang cukup padat. Situs berada di lahan datar seluas kurang lebih 750 meter persegi. Lahannya dibatasi pagar kawat yang dibuat tahun 1994 oleh P3SPL. Di lahan ini terdapat Batu Gajah, Batu Kerbau dan sejumlah menhir.
Batu Gajah, monolit berukuran tinggi 94 centimeter, lebar 201 centimeter, tebal 164 centimeter dan berbahan tufa. Sisi batu yang menghadap ke selatan terdapat goresan membentuk kepala gajah. Kepala gajah digambarkan secara lengkap dengan belalai, gading, mata dan kuping. Belalai digambarkan menjuntai ke bawah. Sisi kiri dan kanan batu terdapat goresan-goresan membentuk badan dan kaki.
Batu Kerbau berada di sebelah barat Batu Gajah. Batu Kerbau berukuran tinggi 100 centimeter, lebar 140 centimeter, tebal 135 centimeter dan berbahan tufa. Batu Kerbau menghadap ke selatan. Muka digambarkan secara lengkap dengan mulut, hidung dan mata. Goresan sisi selatan membentuk kepala kerbau dengan tanduk melingkar. Di belakang kepala terdapat tonjolan. Bagian ini nampak terdapat dua cekungan. Masing-masing dengan diameter sekitar 5 centimeter dan kedalaman 5 centimeter.
Selain Batu Gajah dan Batu Kerbau, di lahan ini juga terdapat sejumlah menhir yang tidak menunjukkan adanya pengerjaan. Menhir yang terdapat di Situs Batu Gajah berjumlah 12 batu. Bagian paling utara berjajar dua batu, berjarak kurang lebih 8 meter. Di selatan kedua batu berjajar 5 batu dari timur ke barat. Batu ketiga berada paling timur berjarak sekitar 1 meter dari pagar. Di sebelah barat batu, berjarak sekitar 4,5 meter terdapat batu keempat. Batu kelima berjarak sekitar 4 meter dari batu keempat. Di sebelah barat batu kelima berjarak sekitar 5 meter terdapat batu keenam.
Sedangkan, batu ketujuh berada paling barat berjarak sekitar 5,70 meter dari batu keenam. Batu kedelapan dalam Kompleks Batu Gajah berada di sebelah selatan batu keenam, berjarak sekitar 9,50 meter. Selanjutnya, batu kesembilan berada di sebelah barat daya batu kedelapan sekitar 10 meter. Di sebelah barat batu kesembilan, berjarak sekitar 3,45 meter terdapat batu kesepuluh dan kesebelas. Kedua batu ini berjajar utara selatan dan terletak saling berdekatan. Batu kedua belas berada di sudut barat daya berjarak 6,90 meter dari sudut pagar. (*)

0 komentar:

Post a Comment

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com